Selasa, 06 Mei 2008

SETRES PUNYA ANAK AUTISME


SETRES DEMI ANAK
Oleh I Made Surata

Saat pertama kali mengetahui anaknya autis, umumnya orang tua shock. Reaksi orang tua biasanya tidak dapat langsung menerima. Mereka berkeliling mencari dokter atau psikolog untuk mendiagnosa. Namun, dengan berjalannya waktu, saat mereka bicara dengan profesional dan bertemu orang-tua lain yang memiliki anak autis, sharing pendapat, secara bertahap sedikit demi sedikit orang tua bisa menerimaHal pertama yang membantu proses penerimaan ini adalah informasi autis yang kini begitu mudah didapat bisa melalui internet, dunia kedokteran maupun dari guru terapis, tidak seperti delapan tahun lalu silam belum dikenal adanya autis, orang tua saling menyalahkan terutama yang ada dipedesaan yang belum mengenal dan memahami apa itu autis. Dulu orang tua yang cukup cepat bertindak karena berpikir, ”Ini memang cobaan atau hasil perbuatan saya masa silam sehingga sekarang saya harus jalani kehidupan seperti ini ”Mahalnya biaya perawatan kerap memberikan tekanan tersendiri bagi orang tua anak autis. Padahal, selain masalah finansial, gejala autis juga cukup membuat orang tua stres. Seperti, sulitnya merangkul anak secara emosional, sulitnya berkomunikasi, dan juga interaksi sering membuat orang-tua berbicara pada anak namun anak tak mengerti, dan sebaliknya. Akhirnya keduanya frustrasi. Dampak dari kesulitan komunikasi ini membuat anak sulit masuk sekolah dan bersosialisasi. Masalah bertumpuk, belum lagi perbedaan pendapat dengan pasangan mengenai penanganan anak. Ini membuat hubungan dengan pasangan buruk. Keadaan ini umumnya terjadi pada fase-fase awal.
Mengingat penanganan anak autis harus segera dan intensif, efektivitas orang-tua dalam menangani stres membantu mengembangkan anak secara optimal. Dukungan sesama orang tua anak autis yang biasanya ditemui di tempat terapi juga membantu, dari mulai sharing. Melihat ini semua sebagai cobaan hidup yang harus diterima, patut dilakukan. Biasanya dengan cara itu orang tua akan lebih mudah melihat sisi positif. Yang terlihat sepele tapi penting adalah tetap meluangkan waktu untuk diri sendiri. Perhatikan diri sendiri supaya bisa memberikan yang terbaik untuk anak. Satu hal yang kadang memberikan kelegaan tersendiri bagi orang tua anak autis, di balik kekurangannya anak autis seringkali memiliki kemampuan-kemampuan menonjol seperti matematika dan segala sesuatu yang berhubungan dengan visual-spasial. Kemampuan ini sedikit banyak dapat meringankan stres orang tua.
Note : tulisan ini diambil dari sharing pendapat di internet
Anak saya bernama I Gede Wira Krisnawan terapi di Gatra Pelangi Jimbaran Jalan Celagi Basur 100 Jimbaran asuhan Sri Sudiasih dengan Guru terapinya Luh Werniati yang akrab dipanggil Bu Eny.
Pembaca yang budiman mohon saran atau sharing pendapat dan Informasi yang berkaitan dengan autisme untuk meringankan beban pikiran kami, melalui Email atau surata@pnb.ac.id atau suratamade@yahoo.co.id

1 komentar:

NI KETUT SUMARNI mengatakan...

Opini anda
a setuju
b tidak setuju